Contoh Makalah Intelejen Pemasaran : Faktor Pemicu Persaingan Bisnis (Indofood vs Wingsfood)


FAKTOR PEMICU PERSAINGAN BISNIS


girlsdayout: LOGO STIE KESATUAN BOGOR 



Ditujukan untuk:
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Intelejen Pemasaran

Disusun oleh :
Indrawan                          151120006
Julian Pratama                 151120078
Petrus Priyanto                151120011
7 MP A S1 PAGI

JL. Ranggagading No. 1 Bogor – 16123, Telp. (0251) 8337733 –       8358787Fax. (0251) 8319925 http://www.stiekesatuan.ac.id  
e-mail : info@stiekesatuan.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan limpahan rahmat dan kasihnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini. Doa serta salam tak lupa kita curahkan kepada Tuhan YME yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Intelejen Pemasaran, dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Intelejen Pemasaran yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.


Bogor, 10 November 2018



Tim Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................    i
DAFTAR ISI.....................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
2.1 Faktor Pemicu Persaingan Bisnis........................................................ 2
2.2 Manfaat – Manfaat Persaingan Bisnis................................................. 4
BAB III KASUS                                                                                                    6
       3.1 Indofood Dan Wingsfood............................................................... 6
  DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan usaha (bisnis) adalah istilah yang sering muncul dalam berbagai literatur yang menuliskan perihal aspek hukum persaingan bisnis. Persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition yang artinya persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi. Persaingan adalah ketika organisasi atau perorangan berlomba untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber daya yang dibutuhkan. 1 Secara umum, persaingan bisnis adalah perseteruan atau rivalitas antara pelaku bisnis yang secara independen berusaha mendapatkan konsumen dengan menawarkan harga yang baik dengan kualitas barang atau jasa yang baik pula.
Dalam kamus manajemen persaingan bisnis terdiri dari:
a. Persaingan sehat (healthy competition) adalah persaingan antara perusahaan-perusahaan atau pelaku bisnis yang diyakini tidak akan menuruti atau melakukan tindakan yang tidak layak dan cenderung mengedepankan etika-etika bisnis.
b. Persaingan gorok leher (cut throat competition). Persaingan ini merupakan bentuk persaingan yang tidak sehat, dimana terjadi perebutan pasar antara beberapa pihak yang melakukan usaha yang mengarah pada menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan, sehingga salah satu tersingkir dari pasar dan salah satunya menjual barang di bawah harga yang berlaku di pasar.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor Pemicu Persaingan Bisnis
Menurut Porter, persaingan sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan sebuah usaha atau perdagangan. Ada lima faktor persaingan bisnis yang dapat menentukan kemampuan bersaing:
A. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam suatu industri dapat menjadi ancaman bagi pemain yang ada, jika membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pangsa pasar, dan memiliki sumber daya yang besar. Dampaknya, harga dapat menjadi turun atau biaya meningkat sehingga dapat mengurangi profitabilitas perusahaan yang ada. Sehingga adanya pendatang baru dapat memaksa perusahaan yang sudah ada untuk lebih efekif dan efisien.
Ini merupakan seberapa mudah atau sulit bagi pendatang baru untuk memasuki pasar. Biasanya semakin tinggi hambatan masuk, semakin rendah ancaman yang masuk dari pendatang baru.
B. Persaingan Diantara Para Pesaing Yang Ada
Persaingan diantara para pemain (perusahaan) yang ada dalam kompetisi untuk memperebutkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik, seperti kompetisi harga, pengenalan produk, dan perang iklan secara besar-besaran serta meningkatkan pelayanan atau jaminan kepada pelanggan. Persaingan terjadi karena para pemain merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi.
C. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Atau Supplier
Pemasok yang berkuasa dapat menggunakan kekuatan menawarnya dengan menekan perusahaan yang ada dalam suatu industri dengan menaikkan harga atau mengurngi kualitas barang atau jasa yang dibeli. Jika perusahaan tidak mampu menutupi kenaikan biaya melalui struktur harganya, maka profitabilitas perusahaan tersebut dapat menurun, sehingga pemasok yang berkuasa dapat mengurangi kemampulabaan suatu industri yang tidak dapat menaikkan harga untuk menutup kenaikan biaya tersebut.
D. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Pembeli juga dapat memaksa harga turun, menuntut kualitas yang lebih tinggi, atau pelayanan yang lebih baik. Tuntutan tersebut akan menyebabkan persaingan yang kuat di antara perusahaan yang ada dalam suatu industri yang sama.
E. Ancaman Produk Pengganti
Semua perusahaan dalam suatu industri sesungguhnya bersaing dengan produk pengganti, meskipun karakteristiknya berbeda, namun produk pengganti dapat memberikan fungsi dan manfaat yang sama. Jika produk industri tidak dapat meningkatkan kualitas produk atau melakukan diferensiasi, maka kemungkinan penurunan laba atau bahkan pertumbuhannya sebagai akibat harga yang ditawarkan oleh produk pengganti semakin menarik. Substitusi tidak hanya membatasi laba pada saat normal, tetapi juga bisa mengurangi potensi keuntungan yang besar yang bisa diperoleh ketika pasar mengalami lonjakan.
Persaingan bisnis pada intinya disebabkan oleh kesalahan strategi yang mana kesalahan tersebut dapat dipelajari dan dimanfaatkan oleh pelaku bisnis lainnya sebagai peluang yang mampu mencuri perhatian konsumen. Akan tetapi, diluar itu semua persaingan menjadi hal yang wajar dalam dunia bisnis dan pelaku bisnis pun sudah sadar penuh akan risiko tersebut. Untuk itu, tidak heran jika sudah sewajarnya pelaku bisnis mengerti, memahami dan menyusun strategi dengan hati-hati serta bijak. Hal itu dikarenakan persaingan dalam berbisnis bukan suatu hal yang mengerikan yang harus selalu dihindari begitu saja tanpa ada sisi positifnya. Persaingan bisnis menghadirkan berbagai manfaat bagi pelaku bisnis yang sering kali tidak terduga dan banyak.
2.2 Manfaat – Manfaat Persaingan Bisnis
1. Mendorong untuk berfikir inovatif
Ketika pelaku bisnis menghadapi persaingan, secara tidak langsung akan membuat pelaku bisnis mampu berfikir untuk lebih inovatif. Sehingga akan timbul beberapa kreasi baru yang diciptakan. Terlebih ketika dihadapi kesulitan terkait persaingan bisnis, maka pelaku bisnis akan terdorong untuk mendapatkan ide-ide yang baru dan lebih segar agar kinerja bisnis yang dijalankan dapat lebih berjalan sukses dibandingkan dengan pesaing bisnisnya.
2. Mendorong untuk meningkatkan pelayanan
Persaingan bisnis dapat terjadi karena banyaknya orang yang menjalankan bisnis di bidang yang sama, seperti misalnya bisnis kuliner yang sangat banyak peminat yang ingin juga mencoba menjalankan bisnis tersebut. Untuk itu, manfaat persaingan dalam berbisnis hadir agar dapat mendorong pelaku bisnis untuk lebih meningkatkan pelayanan. Baik itu meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal seperti bersikap baik dan ramah kepada konsumen, ataupun dengan meningkatkan pelayanan berupa menjaga kualitas atau bahkan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang diberikan. Selain itu, pelaku bisnis juga dapat meningkatkan pelayanan dengan menyediakan fitur atau fasilitas tambahan yang tidak dimiliki oleh pesaing lainnya.
3. Memberikan motivasi tinggi
Manfaat persaingan dalam berbisnis lainnya yang berpengaruh dalam bisnis adalah mampu memberikan motivasi tinggi bagai pihak yang terkait baik itu pelaku bisnis. Adanya persaingan yang disebabkan banyak faktor inilah mendorong pelaku bisnis untuk tetap mempertahankan bisnisnya dengan berbagai strategi bisnis yang tepat. Sehingga pelaku bisnis yang memiliki motivasi untuk bertahan dan mengembangkan bisnisnya akan lebih mudah menemukan solusi untuk menghadapi persaingan bisnis. Seperti misalnya mencari dan mengembangkan sisi positif atau keunggulan yang menjadi ciri khas dan berbeda dari produk atau jasa lain. Hal tersebut tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi para konsumen yang berniat berpaling dan menggunakan produk atau jasa yang lain. Selain itu, dengan adanya motivasi yang tinggi akan mampu meningkatkan kinerja dalam menjalankan bisnisnya.
4. Mendapatkan konsumen yang loyal
Mendapatkan konsumen yang loyal merupakan suatu hal yang patut diperjuangan dan dipertahankan. Dengan menghadapi persaingan berbisnis maka pelaku bisnis akan terdorong untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang ditawarkan, hingga kualitas pelayanan terhadap konsumen. Selain memperbaiki kualitas, pelaku bisnis dapat mencari informasi tentang bagaimana kebutuhan atau selera konsumen yang menjadi target. Hal tersebut akan terdorong untuk mendapatkan konsumen yang loyal sehingga kecil kemungkinannya konsumen tersebut berpaling ke pesaing bisnis. Sehingga jika hal tersebut dilakukan, otomatis keloyalan konsumen akan didapatkan dan tentunya akan membuat para pesaing mengalami kesulitan untuk mencoba bersaing.
5. Memberikan pembelajaran dan pengalaman
Manfaat persaingan dalam berbisnis lainnya yang tidak kalah penting adalah mampu memberikan pembelajaran dan pengalaman. Ketika pelaku bisnis menjadikan kesuksesan yang diraih oleh pesaing sebagai pengalaman dan pembelajaran maka akan memberikan dampak kepada pelaku bisnis untuk lebih belajar banyak lagi. Selain itu, dapat dijadikan pengalaman serta pembelajaran dikemudian hari untuk lebih tepat dalam bertindak. Mengingat kegagalan tidak selamanya membuat gagal, kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda.

BAB III
KASUS
·                Indofood  dan Wingsfood dalam Persaingan Usaha Bisnis Makanan di Indonesia
Kondisi permintaan mie domestik yang tinggi dan adanya orientasi ekspor ke pasar luar negeri telah mendukung berkembangnya bisnis di bidang makanan instan dalam beberapa tahun terakhir. Para produsen melakukan diversifikasi produk dalam rangka menyesuaikan dengan keinginan pasar sehingga berbagai produk mie instan dengan berbagai ukuran dan cita rasa mudah ditemukan di pasar. Dengan makin banyaknya persaingan maka kesuksesan suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh kualitas produknya saja, tetapi juga oleh kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen sesuai dengan karakteristik dari masing-masing segmen pasar.
·         Kondisi Pasar Mie Instan Indonesia
Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Perkembangan produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai makanan pokok, menyebabkan tingkat persaingan pada industri mie instan ini semakin tinggi.
Data GAPMMI (Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Minuman Indonesia) menunjukkan, setiap orang Indonesia mengkonsumsi 52 bungkus mi setiap tahun. Itu artinya, setiap orang makan mi instan seminggu sekali. Dengan penduduk Indonesia 225 juta jiwa, bisa dibilang konsumsi mi instan setiap tahun 11,7 miliar bungkus. Angka sebesar ini, menurut Ketua GAPMMI Thomas Darmawan, menunjukkan betapa besarnya peluang bisnis mi instan di Indonesia. Selama ini Korea menduduki peringkat pertama. Konsumsi mi instan Negeri Ginseng ini pada 2001 mencapai 76 pak per kapita per tahun. Sedangkan Indonesia, tahun lalu saja baru mencapai 52 pak per kapita per tahun. GAPMMI optimistis satu saat konsumsi mi instan Indonesia bisa mencapai 70 pak per kapita per tahun. Keyakinan itu disebabkan oleh murahnya harga satu piring mi instan jika dibandingkan dengan harga satu piring nasi dan sayuran untuk sekali makan.
·         Monopoli Indofood
PT. Indofood Sukses Makmur adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan makanan yang hampir seluruh produknya menguasai pasar di Indonesia. Produk yang dihasilkan termasuk mie instan (Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie, Intermie, Sakura). Indofood merupakan produsen mie instan terbesar dengan kapasitas produksi 13 miliar bungkus per tahun. Selain itu Indofood juga mempunyai jaringan distribusi terbesar di Indonesia. Posisi dominan Indofood pada pasar mi instan tidak diragukan lagi, dengan menguasai pangsa pasar lebih dari 80%. Secara teoretis suatu pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar 80% tidak saja dapat dikatakan mempunyai posisi dominan, tetapi juga telah memonopoli pasar yang bersangkutan.

PT Indofood Sukses Makmur telah memonopoli sektor mi instan semasa Orde Baru. Artinya sebelum adanya UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Antimonopoli), Indofood telah menguasai pangsa pasar 90% disektor mi instan dan 90% tepung terigu nasional melalui Bogasari Flour Mills. Penguasaan mie instan oleh Indofood diawali dengan penguasaan tepung terigu. Penguasaan tepung terigu adalah karena Bulog menunjuk Bogasari Flour Mills untuk mengolah biji gandum. Untuk jasa pengolahan tersebut Bulog membayar kepada Bogasari biaya produksi dan margin keuntungan. Tetapi di dalam pelaksanaannya, Bulog tidak terlibat langsung dalam proses pengoalahan biji gandum tersebut, sehingga Bulog tidak mempunyai cukup informasi mengenai struktur biaya. Akhirnya kebijakan harga gandum yang ditetapkan oleh Bulog tergantung kepada informasi yang diberikan oleh Bogasari.

Namun demikian monopoli tepung terigu tersebut belum dapat meningkatkan keuntungan yang maksimal. Untuk itu Indofood melakukan diversifikasi usaha ke hilir yaitu memproduksi makanan instan yang menggunakan bahan baku tepung terigu. Didirikanlah pabrik industri makanan seperti Indofood Jaya Raya, Sarimi Asli Jaya, Sanmaru Food Manufacturing, dan Arya Andalan Agung. Jadi, pada masa itu Indofood menguasai pasar hulu dan hilir tepung terigu. Saat ini Indofood mempunyai 80% pangsa pasar mi instan, pesaingnya PT Sayap Utama dari Groups Wing dengan Mie Sedaap menguasai pangsa pasar antara 10% sampai 15%, dan sisanya pesaing yang lain. Dari struktur pasar yang demikian dapat disimpulkan Indofood mempunyai posisi dominan, apalagi didukung kemampuan keuangan yang kuat, dan dapat menyesuaikan pasokan atau permintaan mi instan dipasar yang bersangkutan.
Menurut teori SCP (Structure-Conduct-Performance) kita mengetahui bahwa struktur dan tingkah laku (conduct) sebuah perusahaan memiliki hubungan dua arah. Di satu sisi sebuah perusahaan yang struktur pasarnya monopoli akan berkelakuan sebagai monopolis, sedangkan di sisi yang lain, sebuah perusahaan akan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar memiliki struktur pasar monopoli. Tujuannya jelas, untuk mendapatkan monopoly’s rent. Sedangkan sebuah perusahaan monopoli akan berusaha mempertahankan struktur pasarnya itu.
Begitu juga yang dialami oleh Indofood. Pada tahun 2003 Monopoly Watch menemukan indikasi PT Indofood Sukses Makmur (ISM) melakukan praktek jual rugi. Dari berbagai jenis kemasan mie instant yang diproduksi PT ISM, Tbk, ditemukan beberapa kemasan yang justru mengalami kerugian setelah dihitung melalui komponen-komponen produksinya. Sebagai contoh Mie Sakura memiliki harga pokok penjualan Rp 385 sedangkan harga jual pabrik hanya Rp 254. Untuk Mie Sayap harga pokok penjualannya adalah Rp 585 tetapi harga pabriknya hanya Rp 560. Belum lagi ditambah pemberian bonus mangkok atau piring.

Kenapa Indofood melakukan hal ini jelas karena ingin mempertahankan struktur monopoli pasarnya untuk tetap mendapatkan monopoly’s rent. Monopoly’s rent yang dimaksud indikasinya juga ditemukan oleh Monopoly Watch berupa biaya produksi yang tidak efisien dari PT ISM. Terdapat lima perusahaan yang sudah ditunjuk ISM, berperan sebagai perusahaan penghubung bisnis (brokerage) kepada PT ISM sehingga para pemasok bahan baku seperti cabe, garam, dan lainnya tidak dapat melakukan transaksi langsung dengan PT ISM. Akibatnya harga bahan baku tersebut menjadi lebih mahal dan harga produksi mie instant pun meningkat. Kelima perusahaan itu adalah PT Sugih Multi Bersama, PT Prima Sari Nuansa Indah, PT Teguh Nusa Griya, PT Fajar Cipta Murni, dan PT Lembayung Lambang Lestari.

·         Indofood Vs Wingsfood: Matinya Produsen Kecil
Persaingan antara Indofood dan Wingsfood dinilai berpotensi menghancurkan industri mie instan. Kedua produsen mi itu sama-sama menurunkan harga sebesar 20-25 persen. Wings melakukan itu untuk merebut pangsa pasar mi instan, sedangkan Indofood untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Padahal, tanpa persaingan harga yang dilakukan oleh Indofood, produsen yang lain sudah tertekan akibat harga bahan baku, termasuk harga pokok gandum yang sudah naik hingga empat kali lipat dibanding sebelum krisis. Harga pokok gandum paralel dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sedangkan kenaikan harga mi instan dalam periode yang sama hanya dua kali lipat. Akhirnya harga yang dikeluarkan Indofood--sebagai pemimpin pasar (market leader) mie instan di Indonesia--menjadi patokan harga untuk produsen mie instan lainnya. Sedangkan produsen yang struktur biayanya belum seefisien indofood pastinya tidak bisa mengikuti tren harga yang turun seperti itu. Akibatnya pengusaha mie instan lain yang tidak kuat akan gulung tikar seperti yang dialami oleh Salam mie.





DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Proposal Usaha : ALMOND CRISPY CHEESE COOKIES

Contoh Acknowledging Orders Letter (Indented style) Order acknowledgement is a written confirmation that the order is bookend or received.

Materi Matematika : PELUANG